1. Keterbatasan Fasilitas dan Sarana Prasarana

Beberapa SLB di Indonesia masih menghadapi masalah fasilitas terbatas. Laboratorium, ruang kelas khusus, dan alat bantu pendidikan seperti komputer adaptif, braille, atau alat terapi fisik sering kurang memadai. Kekurangan ini membuat proses belajar siswa berkebutuhan khusus tidak optimal. Banyak guru harus menyesuaikan metode pembelajaran dengan kondisi terbatas, sehingga efektivitas pengajaran bisa menurun. Pemerintah daerah dan pusat terus berupaya meningkatkan fasilitas, tetapi ketimpangan antar wilayah masih terlihat jelas.
Baca Juga :Universitas Jepang Terbaik untuk Mahasiswa Internasional
2. Jumlah Guru Terlatih Masih Minim

SLB membutuhkan guru dengan kompetensi khusus dalam mendidik siswa berkebutuhan khusus, seperti tunarungu, tunanetra, atau autis. Namun, jumlah guru yang benar-benar terlatih masih terbatas. Akibatnya, beban guru menjadi tinggi, dan beberapa siswa mungkin tidak mendapatkan perhatian atau metode pembelajaran yang sesuai. Program pelatihan guru terus digalakkan, tetapi implementasinya belum merata di seluruh Indonesia.
3. Kurikulum dan Materi Belajar Kurang Fleksibel

Kurikulum SLB seharusnya bisa disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa. Sayangnya, masih banyak SLB yang menerapkan kurikulum standar secara umum tanpa adaptasi memadai. Hal ini membuat siswa dengan kebutuhan belajar khusus sulit mengikuti materi. Kurikulum fleksibel yang menggabungkan terapi, keterampilan hidup, dan akademik masih perlu dikembangkan secara lebih luas.
4. Akses Pendidikan Terbatas di Daerah Terpencil

SLB di kota besar biasanya lebih lengkap, sedangkan di daerah terpencil sering sulit diakses. Banyak anak berkebutuhan khusus tidak bisa bersekolah karena jarak jauh, transportasi terbatas, dan sedikitnya SLB di wilayah tersebut. Hal ini menimbulkan ketimpangan kesempatan pendidikan. Pemerintah berusaha membuka cabang SLB atau layanan inklusi di sekolah umum, tetapi jumlahnya masih sangat terbatas.
5. Pendanaan dan Dukungan Pemerintah Belum Merata

Meskipun ada program bantuan pemerintah, banyak SLB masih menghadapi kekurangan dana operasional. Dana bantuan sering tidak cukup untuk perawatan alat bantu, pengadaan materi belajar, dan pelatihan guru. Akibatnya, kualitas pendidikan di beberapa SLB belum optimal. Kerja sama antara pemerintah, swasta, dan komunitas sosial sangat dibutuhkan untuk memastikan semua SLB mendapatkan pendanaan yang memadai.